Jumat, 03 April 2009

Renungan Malam


maaf, mungkin telat

Dari sebuah desa di kabupaten kebumen, aku seoarang diri dalam kamar, hanya bertemankan computer dan radio kecil yang memecah sunyi.

Dalam hai aku bertanya Kenapa Masih Saja Kemiskinan menjadi alat untuk mendapatkan proyek, untuk tema pembangunan, sebagai sebuah judul dalam kampanye?. Kalau begini terus apakah mungkin kemiskinan akan ditanggunlangi, akan dientaskan?. Kalau missal begitu apakah sudah tidak ada lagi ide untuk masa depan selain kemiskinan? Berbagai program dari pemerintah sudah dilaksanakan, sudah banyak sekali dana yang dikeluarkan, sudah banyak sekali tenaga tercurahkan, sudah banyak sekali swadaya dikerahkan, namun seperti apa hasilnya? Kemiskinan cenderung tidak berkurang, malah ada di beberapa daerah yang meningkat. Saya pernah menanyakan dalam sebuah forum tingkat kabupaten mengenai PNPM mandiri perdesaan, sejauh mana program tersebut dapat mengentaskan kemiskinan?, ternyata mereka menjawab dengan datar bahwa visi dan misi kami adalah meningkatkan kesejahteraan, angka kemiskinan tidak berkurang tapi hanya membuat mereka merasa lebih sejahtera. Kalau begini berarti tidak ada target yang terukur dan tidak ada indicator yang dapat dilihat oleh semua orang. Beberapa program yang katanya bertujuan mengentaskan kemiskinan ternyata dalam pelaksanaan pembangunan hanya membuat sarana dan fasilitas fisik yang cenderung jauh dari pengentasan/penanggulangan kemiskinan. Sarana dan fasilitas yang sering dibangun adalah jalan, saluran, talud, senderan, gedung dll. Kalau seperti ini berarti yang lebih menikmati program ini adalah produsen, distributor, dan pengecer bahan bagunan, sementara masyarakat hanya dikondisikan untuk senang dengan pembangunan tersebut. Saya tidak tahu apakah ini karena kesalahan orang miskin yang tidak tahu-menahu dan Cuma ikut saja, atau memang sudah dikondisikan agar demikian, atau karena menejemen yang tidak tepat, atau karena perencanaan dan pelaksanaan yang berbelit-belit, atau memang karena system yang salah?